Search This Blog

Apr 7, 2013

Perisai Rasulullah SAW

💬 : 0 comment
Bismillahirrahmanirrahim

Perisai Rasulullah
Setelah beberapa bulan lamanya berada di Mekah, Thalhah bin Ubaidillah mendengar desas-desus tentang adanya Muhammad Al-Amin.  Kabarnya wahyu telah datang kepadanya, begitu juga dengan amanah kerasulan bagi seluruh umat manusia.

Orang yang pertama kali ditanya oleh Thalhah ialah Abu Bakar.  Ketika mengetahui ketinggian akhlak Abu Bakar Ash-Shiddiq, dia pun bergumam kepada dirinya sendiri. "Muhammad dan Abu Bakar? Demi Allah, tak mungkin kedua orang ini akan bersekongkol dalam kesesatan."

Akhirnya dengan bertemankan Abu Bakar, Thalhah pergi menghadap Rasulullah untuk menyatakan keislamannya dan mengambil tempat dalam kafilah yang diberkati itu.  Sekalipun ia orang yang terpandang dan seorang hartawan besar, dia turut pula dianiaya oleh orang-orang Quraisy.  Syukurlah beliau dan Abu Bakar mendapat perlindungan dari Singa Quraisy, Naufal bin Khuwailid, ayah saudara Khadidjah istri Rasulullah SAW.  Karena perlindungannya, penganiayaan kepada mereka pun tidak berlangsung lama.

Ketika kaum muslimin hijrah ke Madinah, Thalhah turut serta di dalamnya.  Ia juga selalu menyertai Rasulullah dalam setiap peperangan.  Hanya saja ketika perang badar berlangsung, ia sedang diutus oleh Rasulullah untuk suatu keperluan ke loar kota Madinah bersama Said bin Zaid, sehingga ia tidak dapat mengikutinya.

Tibalah waktu yang dinantikan lelaki sejati ini.  Perang Uhud memanggilnya untuk turut berjuang.  Sepak terjangnya di medan laga ini sungguh mengagumkan.  Dengan kegagahannya, ia menjadi Perisai Rasulullah yang saat itu menjadi sasaran tembak pasukan penyembah berhala dan kaum musyrikin.

Saat perang sedang berkecamuk, ia melihat Rasulullah, saat itu darah mengucur dari pelipis sang kekasih Allah ini.  Tanpa berpikir panjang, ia segera melompat dari atas kudanya.  Dengan pedang terhunus, ia hadapi tentara musyrik.  Ia persembahkan dirinya sebagai tameng bagi Nabi-nya yang mulia.

Thalhah beridiri kukuh, diayunkan pedangnya yang tajam ke kiri dan ke kanan sehingga tampak berkilatan.  Ia begitu dekat dengan Rasulullah sehingga dapat melihat darah Rasulullah yang mulai menetes dan dapat mendengar rintihannya.  Saat itu dengan tangan kirinya ia raih tubuh Rasulullah, sementara kakinya sendiri terperosok dalam lubang yang cukup dalam.

Dalam keadaan seperti itu, ia masih mampu memapah Rasulullah yang mulia dengan dekapan tangan kiri ke dadanya.  Ia segera mundur ke tempat yang lebih aman dengan tangan kanan yang masih terus mengayunkan pedangnya.  Hari itu pedang Thalhah bagaikan kilat yang menyambar ke arah musuh-musuh Allah yang terus merangsek dan mengincar nyawa Rasulullah SAW.

Abu Bakar sempat menggambarkan jalannya pertempuran yang begitu dahsyat kala itu.  "Hari itu, semuanya milik Thalhah!" ucap Abu Bakar Ash-Shiddiq.  "Aku adalah orang pertama yang menemukan Nabi SAW, Beliau berkata kepadaku dan kepada Abu Ubaidah Ibnul Jarrah, 'Tolonglah saudaramu itu (Thalhah)..!' Ketika kami tengok, ternyata disekujur tubuhnya terdapat lebih dari 70 luka tusukan tombak, sobekan pedang dan tancapan panah, bahkan jari-jarinya putus.  Kami pun segera merawatnya denga  baik." Kata Abu Bakar Ash-Shiddiq melanjutkan.

Dialah Thalhah, di tengah-tengah kaum muslimin dia hidup.  Mengabdi kepada Allah untuk beribadah dan berjihad bersama para mujahidin yang lain.  Dalam setiap medan pertempuran, ia selalu berada di baris terdepan, mencari keridhaan Allah dan membela bendera Rasul-Nya.

Tak hanya itu, dengan hartanya ia mengabdi.  Tak heran bila kemudian Rasulullah SAW memberinya gelar, "Thalhah si Baik Hati", "Thalhah si Pemurah" dan "Thalhah si Dermawan", sebagai pujian atas kebaikan dan kedermawannya yang berlimpah.  Allah Yang Maha Pemurah menggantinya dengan keuntungan yang berlipat.

Subhanallah, para sahabat sampai cemburu karena Rasulullah telah bersabda untuknya, "Siapa yang suka melihat seorang lelaki yang masih berjalan di muka bumi, padahal dia telah memberikan nyawanya, hendaklah dia memandang Thalhah".

Sungguh tidak ada kegembiraan yang paling diharapkan para sahabat melebihi kedudukan yang disandangkan kepada Thalhah bin Ubaidillah.  Hati Thalhah pun tenteram mendengar kata-kata itu.  Dialah insan yang senantiasa menepati janji-janji kepada Allah SWT.

Alhamdulillah, kisah ini kami kutip dari buku "Ayat-Ayat Pedang" oleh : Layla TM.

No comments:

Post a Comment