BAGAIMANA AL-QUR'AN SAMPAI KE TANGAN SAYA..??
Saya punya beberapa kitab (mushaf) Al-Qur'an dirumah, selain saya dan istri, Al-Qur'an tersebut dibaca oleh anak-anak saya, baik karena inisiatif mereka sendiri, saya suruh atau karena ada tugas dari sekolah. Sekarang anak-anak sudah lancar membaca Al-Qur'an, sekalipun mungkin seperti saya juga, tidak tahu banyak apa artinya, bahkan untuk beberapa ayat sekalipun hapal artinya, belum tentu mengerti apa maknanya. Saya teringat dahulu ketika anak-anak mulai belajar mengaji, prosesnya persis seperti saya belajar mengaji, mula-mula kami diperkenalkan dengan huruf hijaiyah, alif, baa, taa, dan seterusnya, lalu, kalau huruf alif ada garis diatas dibaca 'aa', kalau garisnya dibawah dibaca 'ii', kalau ada 'lengkungan kecil' diatas dibaca 'uu', demikian seterusnya : baa.., bii.., buu.., lalu pelajaran berlanjut, dengan kata-kata sederhana, apabila satu huruf disambung huruf yang lain, apa bunyinya, dan seterusnya, lalui sampai kepada kalimat-kalimat Al-Qur'an. Semua kegiatan tersebut selalu melalui acara tatap muka 'face to face' dengan pak ustadz, dilakukan bisa sendiri-sendiri, atau bersama-sama, satu ustadz bertatap muka didepan banyak murid. Selalu mempergunakan mushaf (kitab) Al-Qur'an, suatu kitab yang sudah baku kalimat dan hurufnya, sama diseluruh dunia, Indonesia, Malaysia, Pakistan, India, Arab, Eropah, Amerika, Afrika, Australia, kalau anda mencari Al-Qur'an, anda akan menemukan Al-Qur'an yang sama.
Sekarang marilah kita coba berandai-andai, seandainya saat ini juga semua mushaf Al-Qur'an yang ada di muka bumi, baik yang berupa kitab lengkap, maupun dalam lembaran terpisah, kita bakar dan dimusnahkan habis, katakanlah adanya 'Khalifah Usman jilid dua', kemudian untuk selanjutnya semua manusia dilarang membuat dan menulis Al-Qur'an sekalipun satu ayat, lalu apa yang akan terjadi dengan umat Islam 20 atau 30 tahun lagi..?? apakah umat Islam 30 tahun kedepan tidak lagi punya Al-Qur'an..??
Saya pastikan kepada anda, kalau itu yang terjadi, maka pada detik Al-Qur'an mulai dimusnahkan, detik itu pula akan terjadi 'gelombang raksasa' kegiatan menghapal Al-Qur'an, orang Islam yang tadinya 'cuek' akan mulai menghapal satu-dua surat pendek, yang lain yang sudah hapal sebagian akan menambah jumlah hapalannya, bagi yang sudah hapal seluruh Al-Qur'an akan makin sering mengulang-ulangnya, dan makin giat untuk mengajarkan hapalannya kepada orang lain. Kalau anda bertanya, apakah mungkin terjadi kesalahan hapalan..??, itu tentu saja bisa terjadi, namun hapalan yang salah akan dikoreksi oleh hapalan orang lain yang benar, karena Al-Qur'an bukanlah merupakan bacaan yang disimpan 'untuk kepentingan pribadi', tapi dibacakan dalam shalat, lima kali sehari, imam yang membaca ayat-ayat Al-Qur'an dengan suara keras (untuk shalat Maghrib, 'Isya dan Shubuh setiap hari) akan didengar oleh makmum (pengikut shalat) kalau ada bacaan yang salah, makmum pada baris terdepan dibelakang imam, akan bersuara mengkoreksinya.
Jadi mushaf Al-Qur'an sebagai buku yang tertulis, bukan merupakan hal yang pokok dalam sistem ajaran Islam, Al-Qur'an bisa 'hidup' dan eksis dengan ada atau tanpa mushaf. Mushaf seperti yang anda pegang sekarang adalah buatan manusia, bentuk hurufnya sudah baku sejak abad 6H/9M, ketika Abu Aswad ad-Dualli menciptakan baris atas, bawah dan waw untuk mengindikasikan huruf hidup, sebelumnya tidak ada baris, namun sebagai kitab yang telah tersusun ayat dan suratnya, sudah dibakukan sejak jaman Khalifah Usman bin Affan tahun, sekitar 10 tahun setelah wafatnya Rasulullah. Susunan surat dan ayatnya juga tidak mengikuti kronologis turunnya ayat, Nabi Muhammad SAW sendirilah yang memerintahkannya, bahwa surat ini diletakkan setelah surat itu, ayat ini ditarok diantara ayat itu.
Banyak memang orang-orang yang menggugat tentang keabsahan jumlah dan susunan Al-Qur'an ini, terutama dari pihak non Muslim yang mendalami sejarah kodifikasi Al-Qur'an. Sejak awal abad 20 sudah ada kajian intensif tentang ini, sudah banyak pendapat yang dikemukakan, sudah diusahakan temuan-temuan manuskrip yang mencoba membuktikan bahwa terdapat kitab yang jumlah dan susunannya berbeda dengan mushaf yang ada sekarang. Ada yang mengatakan Mushaf Ubbay bin Ka'ab, Mushaf Ali bin Abi Thalib, Mushaf Umar, dll. Terakhir di Indonesia diterbitkan buku Rekonstruksi Sejarah Al-Qur'an, karangan Taufik Adnan Amal, seorang 'Orientalis Melayu', karena isi bukunya banyak mengulang kembali apa yang telah ditulis para Orientalis beberapa tahun sebelumnya. Namun lebih seratus tahun berselang, sampai sekarang tidak muncul juga bukti adanya Al-Qur'an 'yang lain', umat Islam tetap saja memakai apa yang mereka pegang selama ini.
Hebatnya semua ayat yang menantang orang-orang yang meragukan keaslian Al-Qur'an sebagai Firman Allah, sama sekali tidak menyinggung soal sejarah kodifikasinya, tidak ada ayat dalam Al-Qur'an yang menyuruh orang membuktikan bahwa Al-Qur'an yang ada sekarang adalah Al-Qur'an yang palsu, yang telah di 'permak' oleh tangan manusia, berbeda dengan apa yang telah diterima oleh Rasulullah. Yang ditantang oleh Allah adalah :
23. Dan jika kamu dalam keraguan tentang Al Qur'an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami, buatlah satu surat yang semisal Al Qur'an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. (Al Baqarah)
38. Atau mereka mengatakan: "Muhammad membuat-buatnya." Katakanlah: "maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kamu panggil selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar." (Yunus)
13. Bahkan mereka mengatakan: "Muhammad telah membuat-buat Al Qur'an itu", Katakanlah: "Maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar". (Huud)
88. Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Qur'an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain". (Al Israa)
33. Ataukah mereka mengatakan: "Dia (Muhammad) membuat-buatnya". Sebenarnya mereka tidak beriman. 34. Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal Al Qur'an itu jika mereka orang-orang yang benar. (Ath Thuur)
Ini membuktikan bahwa dalam perspektif Al-Qur'an sendiri, yang dikatakan sebagai Al-Qur'an bukanlah merujuk kepada manuskrip (rasm), tulisan, buku, tapi Al-Qur'an berarti 'bacaan', sesuatu yang bisa ada dalam buku, dan bisa juga dalam kepala kita berupa hapalan. Ini juga berarti proses penyebarannya bukan hanya berdasarkan menyalin atau mencetak mushaf, tapi ditransmisikan melalui bacaan, dari sang ustadz yang sudah mengetahui lebih dahulu kepada murid, seperti ketika saya bernostalgia tentang bagaimana saya mulai mengenal Al-Qur'an. Bacaan yang sama yang hidup di kepala jutaan orang, pastilah bacaan yang sama juga mulai dari sumbernya.
Suatu ketika nanti, mungkin dirumah saya tidak ditemukan satupun mushaf al-Qur'an, tapi saya yakin, Al-qur'an itu tetap ada, hidup dalam pikiran saya, istri dan anak-anak, mungkin saya tidak banyak hapal ayat-ayatnya, namun anak-anak akan membacakannya buat saya, atau mungkin dirumah tidak ada satupun yang bisa menguasai Al-Qur'an secara utuh, maka Insya Allah, saudara-saudara Muslim kami yang lain, akan datang membacakannya untuk kami..
No comments:
Post a Comment